Angin kencang yang melanda
wilayah pedukuhan Kalirandu, Lemahdadi dan Sribitan desa Bangunjiwo, Kasihan,
Bantul pada hari Kamis (01/03) sekitar pukul 14.30 WIB selain telah merobohkan
ratusan pohon dan merusakkan sebagian rumah penduduk karena tiupan angin maupun
kejatuhan pohon yang tumbang juga telah merobohkan sebuah monumen Keluarga
Berencana 'APSARI' di pedukuhan Kalirandu.
Menurut keterangan Bambang
Nugroho SH, Ketua BPD Bangunjiwo, Selasa (06/03) melalui surat elektronik
mengutarakan, sebelum roboh monumen hidup berbentuk bangunan rumah tradisional
Jawa Joglo dari bahan kayu jati itu didirikan oleh BKKBN sebagai wujud
penghargaan atas kegiatan Keluarga Berencana masyarakat pedukuhan Kalirandu,
kemudian diresmikan oleh Wakil Gubernur DIY Sri Paku Alam VIII pada tanggal 13
Oktober 1986 tersebut diharapkan dapat dipergunakan untuk pusat kegiatan
masyarakat terutama pembuayaan Keluarga Berencana. "Dalam perkembangan
berikutnya juga digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan lain seperti pos yandu
lansia, pos yandu balita, kepemudaan, peringatan hari besar nasional, pengajian
dan sebagainya," kata Bambang yang juga warga Kalirandu.
Selanjutnya, Bambang menjelaskan
sejarah Monumen KB Apsari dengan mengambil sumber dari "Sekelumit Riwayat
berdirinya APSARI di DIY" oleh BRAY Retno Martani Kusumanagoro, Ketua Tm
Penggerak PKK DI Yogyakata, 1986. Serta keterangan Sihono BA seorang pensiuan
guru SD dan pelaku sejarah berdirinya APSARI saat itu sebagai salah seorang
kader sehat.
Berdirinya APSARI
Apsari merupakan paguyuban
akseptor Keluarga Berencana yang pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta lahir di
Pedukuhan Kalirandu tahun 1976. Pedukuhan Kalirandu merupakan satu dari dari
sembilan belas pedukuhan di desa Bangunjiwo, dengan luas wilayah kurang lebih
Sembilan puluh lima hektar penduduknya saat itu tercaat ada 202 KK dengan 965
jiwa. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar petani/buruh tani, perajin
kecil dan buruh tidak tetap dengan penghasilan rendah sehingga dikategorikan
sebagai pedukuhan miskin.
Kondisi serba sulit dan
kekurangan itu telah mendorong minat dan hasrat warga Kalirandu untuk
memperbaiki nasib maka dengan bimbingan dan arahan seorang dokter Tamadji
Tjokrowerdojo dari Puskesmas Kasihan yang masih baru dalam melaksanakan
tugasnya sehingga dengan semangat kerjanya diadakanlah kegiatan Dana Sehat pada
bulan April 1975 sebagai usaha pertama menanggulangi kesulitan ekonomi terutama
untuk membantu biaya jika ada warga sedang sakit dan harus berobat ke dokter
dengan menghimpun dana bersama dari masyarakat itu sendiri sebagai perwujudan
dari semangat gotong royong yang masih kuat berakar di kalangan warga.
Selain pengumpulan dana sehat
juga diadakan pelatihan tentang kesehatan bagi sejumlah warga yang kemudian
dikukuhkan sebagai Promokesa (Promotor Kesehatan = Kader Kesehatan) dengan
tugas pokok antara lain: memotivasi kesehatan lingkungan, mengusahakan
pengobatan bagi anggota yang sakit ringan, memotivasi keluarga berencana,
menangangi pemugaran rumah sehat.
Dalam salah satu pertemuan
berkala para Promokes/Kader Sehat, dr. Tamadji Tjokrowerdojo melontarkan
gagasan 'Pentingnya Peningkatan Taraf Hidup Warga' untuk didiskusikan bersama
yang pada akhir diskusi waktu itu disimpulkan 'untuk bisa meningkatkan taraf
hidup maka syarat utama harus menjalankan Keluarga Berencana disamping
intensifikasi pertanian dan transmigrasi'.
Sejak itu pada Promokesa/Kader
Sehat bertekad mensukseskan program keluarga Berencana di wilayahnya di bawah
pimpinan dr. Tamadji Tjokrowedojo dibantu bidan ny. Kasinem, ny. Mamik serta
paramedis Puskesmas Kasihan ny. Suprihatin, jajaran PLKB Kecamatan Kasihan,
Jupen Kecamatan Kasihan ny. Pardinem Sabartoatmojo, Dukuh Kalirandu
Hardjowijadi serta kader sehat Sihono, B.A seorang guru SD yang juga penduduk
Kalirandu.
Dalam kegiatan TMK (Team Medis
Kelilng) di pedukuhan Kalirandu dari delapan puluh Sembilan PUS ( Pasangan Usia
Subur ) berhasil diperoleh akseptor KB baru 62 orang (80%) diantaranya
menggunakan IUD. Sisanya karena alasan kesehatan menggunakan pil dan kondom.
Paguyuban Akseptor
Sementara itu ny. Pardinem
sabartoatmojo (almh) seorang Juru Penerang Kantor Depertemen Penerangan
Kabupaten Bantul di Kecamatan Kasihan sekaligus seorang pengurus PKK desa di
tempat tinggalnya, telah mendapat masukan dan arahan dari Kepala BKKBN
Kabupaten Bantul pada waktu itu agar dapat mengusahakan terhimpunnya para
akseptor KB dalam satu ikatan supaya dapat dibina lebih lanjut.
Selanjutnya Pardinem
Sabartoatmojo berhasil menghimpun akseptor KB di pedukuhan Kalirandu dalam
suatu paguyuban yang kemudian dilaporkan kepada BKKBN Kabupaten Bantul
sekaligus mohon untuk diberi nama oleh Ketua BKKBN Provinsi DIY yang waktu itu
dijabat Winarno Wiromidjojo. Namun karena beliau akan berangkat ke Amerika
Serikat, maka dijanjikan akan diberi nama sepulang dari lawatanya di Amerika
Serikat.
Sepulang dari Amerika Serikat
Ketua BKKBN DIY Winarno Wiromidjojo dalam suatu upacara sederhana tumpengan
pada tanggal 10 Juni 1976 di rumah Kepala Dukuh Kalirandu Hardjowijadi dihadiri
petugas dari BKKBN Kabupaten Bantul, Pejabat Keamatan Kasihan, Lurah Desa
Bangunjiwo dan para pamong desa serta tamu undangan lain dikukuhkanlah
berdirinya Paguyuban Akseptor Keluarga Berencana dengan nama APSARI.
Menurut Ketua BKKBN Provinsi DIY
Winarno Wiromidjojo, nama Apsari diperoleh berdasarkan inspirasi (ilham) saat
berada di Washington DC Amerika Serikat dan meminta agar nama APSARI berlaku
bagi semua paguyuban Keluarga Berencana yang ada di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa
nama Apsari mengandung dau makna, yaitu Sebagai singkatan dari Akseptor Satuhu
Lestari (akseptor Keluarga Berencana yang benar-benar lestari). Apsari atau
Hapsari dalam bahasa Jawa Kawi juga berarti bidadari, dalam arti lebih mendalam
diharapkan para ibu yang telah menjadi akseptor KB dapat menjadi bidadari di
dalam keluarganya masing-masing baik dalam penampilan sehari-hari yang lebih
rapi dan cantik karena mereka telah mempunyai kesempatan untuk ikut aktif dalam
menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarganya.
Ditekankan pula bahwa Apsari
bukan organisasi tandingan dari PKK tetapi merupakan perwujudan aktifitas dan
binaan dari kegiatan PKK itu sendiri, bahkan anggota Apsari diharapkan dapat
berjiwa Dwi Karti (dwi/dua, karti/pekerjaan) yang dapat diwujudkan dalam
kegiatan dua "nga" yaitu "ngupaya" yang berarti
"mencari" dan "ngopeni" atau "ngrumati" yang
berarti "memelihara/membina".
Jadi warga Apsari diharapkan
mempunyai dua tugas, Mencari atau mengajak akseptor baru di lingkungannya. Ikut
memelihara dan embina akseptor yang ada supaya lestari atau tidak drop out.
Gagasan Dwi Karti tersebut merupakan embrio dari pendekatan tiga dimensi yang
digunakan dalam pelaksanaan program KB nasional, yaitu Perluasan jangkauan,
Pembiaan dan Pembudayaan.
Kegiatan Apsari
Kegiatan Apsari antara lain
meliputi, pertemuan rutin antara lain disi dengan pembinaan oleh ny. Pardinem,
impan pinjam dan arisan (uang dan barang), kursus masak memasak, jimpitan
beras, taman gizi (pos penimbangan UPGK). Mensuksekan program KB dengan
kegiatan motivasi KB ke pedukuhan lain dan mengajak akseptor non IUD ke IUD.
Berdirinya Apsari tersebut
kemudian diikuti berdirinya Apsari di peduhan-pedukuhan lain di seluruh DIY,
khusus Apsari di pedukuhan Kalirandu banyak mendapatkan kunjungan tamu dari
berbagai daerah bahkan luar negeri seperti Dr. Haryono Suyono selaku Deputy Ketua
BKKBN Pusat, Ny.Syaif Thayeb dari Dharma Wanita Pusat, DR. Shaleh Aldin Mahda,
Menteri Kesehatan Mesir dan berbagai BKKBN Daerah Tingkat II dari Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Jawa Timur
Selain menerima kunjungan tamu
dari berbagi daerah untuk belajar tentang Apsari, juga menerima piagam
penghargaan serta bantuan sarana seperti bantuan modal usaha dari Dharma Wanita
Pusat, PKK dan Dharma Wanita Provinsi DIY serta dari BKKN berupa modal serta
benih kelapa hibrida.
Salah satu penghargaan monumental
dari pemerintah atas jasa warga pedukuhan Kalirandu dalam melembagakan aksptor
Keluarga Berencana dibangunlah sebuah monumen hidup berupa pendopo joglo
terbuka, yang pada dasarnya merupakan perwujduan kegotong royongan warga
pedukuhan Kalirandu bersama Pemerintah Kabupaten Bantul pada umumya. Diharapkan
monumen tersebut bisa dipergunakan serta dipelihara sebaik-baiknya oleh
masyarakat, sebagaimana disampaikan oleh Ketua Tim Pengggerak PKK Provinsi DIY
BRAY. Retno Martani Kusumanagoro saat peresmian pada tanggal 13 Oktober 1986.
Demikian besarnya manfaat monumen
Apsari tersebut bagi masyarakat pedukuhan Kalirandu pada khsusunya, maka dengan
robohnya bangunan tersebut masyarakat berharap agar secepatnya dapat dibangun
kembali oleh pemerintah sebagai monumen hidup program Keluarga Berencana
Nasional.
Wedyann kalirandu nduwe website.... BLOGSPOT DOT KOM
BalasHapusWedyann kalirandu nduwe website.... BLOGSPOT DOT KOM
BalasHapus